It will be happened if God said so

Sejak menikah di Agustus 2016 saya dan suami sepakat untuk tidak buru-buru dalam memiliki momongan. Bukannya tidak takut pamali kata orang, tapi menurut kami kehadiran seorang anak membutuhkan kesiapan dari segala aspek baik dari kedua orangtuanya ataupun kehendak Tuhan. Jadi daripada kepalang stres karena tidak kunjung hamil maka lebih baik dinikmati saja dengan tetap mempersiapkan diri.

Maret 2017. Suatu sore ketika sedang grocery shopping terlintas pikiran kapan terakhir kali refill stock pembalut. Baru sadar, udah telat beberapa hari dari tanggal seharusnya kedatangan tamu bulanan.  Agak aneh sih karena saya termasuk orang yang jadwal menstruasinya selalu tepat.

Yes we did buy some testpacks. Waktu percobaan pertama well, it’s nothing. Masih negatif, oke artinya saya hanya terlambat datang bulan, mungkin karena skip beberapa kali jadwal olahraga sehingga jadwal menstruasi pun kena imbasnya. Hari berikutnya setelah testpack saya langsung gas olahraga rutin seperti biasanya. Treatmill 5K, angkat beban ringan dan yoga berharap jadwal menstruasi cepat kembali. Seminggu berjalan masih belum mens juga, lumayan kepikiran sih. So we think it’s time for another testpack.

WOOOAAA! It’s positive! It’s funny how we got negative result a week before. Tapi bisa jadi karena usia kehamilan yang masih muda jadi belum muncul waktu tes pertama. Untuk meyakinkan dan ga keGEERan saya pun cek ke dokter Sp.Og. Which one? Saya kebetulan memilih untuk pergi ke Rumah Sakit Hermina Kemayoran, selain karena letaknya yang dekat dari lokasi tinggal, juga kerabat saya baru saja melahirkan di rumah sakit tersebut.

Berita mungkin-hamil ini belum disebar kemana-mana bahkan ke orangtua, takutnya kalo salah malah sedih, ya kan? Jadi saya hanya modal sok tau aja, pergi ke rumah sakit. Saya juga memilih dokter wanita karena alasan kenyamanan, ya banyak banget sih yang bilang kalo dokter kandungan laki-laki biasanya lebih enak dari berbagai aspek. Well, kalo ga nyaman buat apa dipaksakan kan?

Satu hal yang bisa saya share, jangan buang air kecil sebelum USG karena ga bakal kelihatan hasilnya pada usia kehamilan yang masih muda. Nah, sayangnya begitu sampai di rumah sakit saya langsung ke toilet untuk buang air kecil. Saya pikir kan ga sopan kalo lagi di periksa terus kebelet. Begitu masuk dan dicoba USG untuk pertama kalinya dokter saya langsung bilang “habis dari toilet ya, ini ga kelihatan apa - apa”. Lalu dokter pun menawarkan untuk melakukan USG dalam (dari bawah melalui vagina) atau minum air putih 2 botol sambil kembali mengantri. Berubung saya lumayan terburu-buru  jadi saya iyakan saja untuk USG dalam.




Sakit sih enggak, Cuma kurang nyaman aja waktu USG dalam, mungkin kecampur sama deg-degan. Tapi saya prefer buat USG luar sih untuk berikutnya, jadi diinget-inget ya mom-to-be jangan ke toilet sebelum periksa. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dan ditanyakan kepada dokter saat melakukan pemeriksaan dan USG:

1. Kondisi kantong kehamilan.
Pada pemeriksaan awal USG, keadaan normal akan menunjukan adanya kantong kehamilan sehingga apabila tidak berkembang kantong kehamilan tersebut maka diperkirakan memicu adanya kelainan yang sering kali dinamakan telur kosong.Pemeriksaan USG yang kedua kalinya dapat melihat secara keseluruhan meskipun masih belum sempurna, pada usia kehamilan 6-7 minggu kehamilan , dilakukan pemeriksaan denyut jantung untuk mengidentifikasi keadaan abnormal seperti kematian di dalam kandungan.

2. Jumlah Janin
Hal ini perlu ditanyakan untuk memeriksa siapa tau jumlah janin lebih dari satu, wah jackpot!

3. Usia Kehamilan
Usia kehamilan merupakan informasi penting karena dapat digunakan sebagai acuan informasi mom-to-be dalam melakukan kontrol rutin ataupun persiapan lainnya.

4. Berat Janin
Berat janin perlu ditanyakan untuk menjadi acuan apakah perkembangan janin sudah sesuai atau belum. Pada usia kandungan yang sudah besar berat janin dapat menentukan bagaimana proses persalinan akan dilakukan. Umumnya berat janin di atas 4000gr membutuhkan penanganan khusus apabila terjadi pada mom-to-be yang berpostur kecil.

5. Kelainan Pada Janin
Tidak semua kelainan dapat dideteksi dengan USG, kelainan- kelainan yang dapat didekteksi dengan USG antara lain bibir sumbing, kelainan jantung yang nyata dan masih banyak lagi apabila dilakukan USG 4D.

6. Denyut Jantung Janin
Dengan USG, dokter dapat memeriksa frekuensi denyut jantung janin (DJJ). Nilai normal DJJ tergantung pada usia kehamilannya. Pada trimester satu DJJ hingga 180 kali per menit masih dianggap normal, sementara pada trimester tiga DJJ yang dianggap normal adalah antara 110-160 kali per menit.

7. Air Ketuban
Volume air ketuban berubah sesuai dengan usia kehamilan, umumnya pada trisemester ketiga kondisi air ketuban harus lebih sering dikontrol, seperti apakah air ketuban bening atau keruh. Ketika memasuki trisemester 3 air  ketuban seharusnya bening dan tidak boleh di bawah angka 10. Namun pada trisemester ketiga akhir mendekati persalinan warna air ketuban akan menjadi keruh. Apabila air ketuban menjadi keruh lebih awal, tandanya air ketuban sudah diminum oleh little kit, atau little kid sudah mulai stres karena beberapa alasan.

8. Kondisi Ari- Ari dan Lilitan Tali Pusar
Kondisi ari - ari yang harus diperhatikan adalah letak ari-ari, apakah menutupi jalan persalinan atau tidak. Jumlah lilitan tali pusar juga harus diperhatikan karena dapat menghambat persalinan secara normal.

9. Jenis Kelamin
Untuk yang satu ini boleh ditanyakan atau tidak, karena ada beberapa mom-to-be yang penasaran ataupun malah ingin ini menjadi kejuta.

By the way, yes I’m pregnant and it has been 6 weeks. Senang kecampur bingung pastinya, mengingat selama 6 minggu sebelumnya saya masih rutin olahraga yang tidak ringan dan tetap melakukan rutinitas pekerjaan seperti biasa. Kalo dihitung- hitung saya sudah melakukan 8 kali penerbangan dinas selama 6 minggu, but the little kid still be there! It will be happended if God said so. 

Komentar

Postingan Populer