Welcome to Earth dear Baby Ken!

Rasanya senang, terharu boom jadi satu akhirnya bisa membawa Baby Ken terlahir melihat dunia dengan sehat dan selamat.
Postingan kali ini adalah sharing saya mengenai kelahiran Baby Ken yang menurut saya cukup banyak drama yang mebuat saya deg deg ser setiap momennya. Semoga banyak afirmasi positif yang bisa saya bagi dan tips bagi Mom-to-be yang pastinya sudah tidak sabar menanti kedatangan Little Kid. Enjoy!

18 Desember 2017.
Memasuki minggu ke 39 usia kehamilan saya, kontrol dokter kandungan menjadi agenda mingguan rutin sejak memasuki minggu ke 36. Hari ini adalah jadwal kontrol rutin saya. FYI selama kehamilan makanan yang saya makan cenderung masuk lebih banyak ke badan Little Kid, sehingga sudah 2 bulan terakhir berat badan saya betah di angka 57kg, which means saya sudah naik 10kg sejak pertama saya hamil, dan berat badan Little Kid bertambah pesat sudah mencapai 3200gr di minggu 39. Masalah berat badan Little Kid ini menjadi perhatian saya, karena dengan berat tersebut temasuk baby yang besar untuk ukuran panggul saya yang terbilang kecil dan keinginan saya untuk melahirkan secara normal. Jadi Mom-to-be jangan lupa minta dokter kandungan untuk cek kesesuaian ukuran panggul dengan berat badan Little Kid ya apabila ingin melahirkan secara normal.

Besarnya berat badan Little Kid ini membuat saya harus menjaga pola makan saya. Tidak ada tuh di kamus saya bebas makan apa saja asalkan happy, karena pengaruhnya langsung ke berat badan Little Kid. Memasuki minggu ke 32 hingga 36 Litte Kid akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan sekitar 200gr per minggu. Oleh karena itu ada baiknya Mom-to-be mengontrol asupan makan pada minggu- minggu ini ya.

Sejak minggu ke 36 saya sudah jarang sekali minum manis, hanya air putih saja. Sejak minggu ke 28 Little Kid sudah menunjukkan kecenderungan menjadi baby yang besar karena prosentasi asupan makanan sebagian besar masuk ke Little Kid daripada badan saya, pada minggu ke 37 dokter sudah melarang saya makan roti dan sebisa mungkin mengurangi nasi putih dan pantang untuk minum susu. Namun, bukan berarti saya tidak makan ya, sebisa mungkin saya perbanyak protein, sayur, buah dan air putih.

Sejauh ini ada beberapa kondisi dalam kehamilan saya, berat badan Little Kid yang termasuk besar untuk ukuran panggul saya, adanya 1 lilitan tali pusar sejak awal kehamilan (yang untungnya tidak bertambah), dan kepala Little Kid yang oblig (keadaan dimana kepala baby miring ke salah satu sisi). Oblignya kepala ini membuat Little Kid tak kunjung turun walaupun posisi kepala sudah dibawah dan memasuki minggu ke 39. Banyaknya kondisi pada kehamilan membuat saya deg-degan pada kontrol hari ini, yang paling saya takutkan adalah adanya hal yang menghalangi untuk persalinan normal.

USG dilakukan seperti biasa, kondisi kehamilan saya masih sama, belum ada yang berubah, namun dokter kandungan saya masih optimis saya bisa melakukan persalinan normal. Rupanya ada kondisi baru muncul, yaitu menurunnya volume air ketuban saya dimana air ketuban (ICA) minimal 10, dan  biasanya saya selalu lebih dari 10, namun sore itu nilai ICA saya hanya 8,5. Ada beberapa indikasi antara lain saya kurang minum air putih beberapa hari sebelumnya, air ketuban tertelan Little Kid atau tali plasenta sudah terlalu mature sehingga tidak dapat berfungsi optimal. Sebagai gambaran air ketuban berfungsi untuk :
  • Bantalan pelindung Little Kid dalam rahim
  • Berpengaruh terhadap perkembangan Little Kid
  • Media pergerakan Little Kid
  • Proses pernapasan dimana jaringan paru belum berfungsi
  • Menjaga kestabilan suhu
Munculnya kondisi baru ini membuat dokter memutuskan untuk melakukan observasi selama 2 hari terhadap air ketuban saya. Selama 2 hari saya diwajibkan untuk meminum 3 Liter air mineral tidak boleh kurang, harapannya air ketuban saya bisa bertambah kembali ke angka normal. Apabila setelah 2 hari nilai ICA tidak berubah, maka diindikasinya bahwa tali plasenta saya memang sudah terlalu mature sehingga tidak optimal lagi.


20 Desember 2017
Sesuai dengan arahan dokter kandungan, saya pun mematuhi untuk minum tidak kurang dari 3 Liter air selama 2 hari, kemudian saya melakukan kontrol untul observasi lebih lanjut mengenai air ketuban. Ketika diakukan USG ternyata nilai ICA saya malah berkurang menjadi 8,3, sehingga muncul indikasi bahwa tali plasenta memang sudah terlalu mature sehingga sudah tidak optimal. Dokter Kandungan pun menyarankan agar saya diberikan bantuan induksi (karena sudah memasuki estimasi tanggal persalinan) karena nilai ICA yang semakin hari semakin menurun yang berbahaya untuk Little Kid.

Induksi akan diberikan dalam bentuk obat yang dimasukkan melalui vagina dan akan diobservasi setiap 6 jam, obat akan diberikan kembali setiap 6 jam apabila tubuh merespon dengan baik. Jujur saja kondisi ini di luar dugaan saya dan suami, bahwa saya harus masuk ruang VK sore itu juga. Semua Hospital’s Bag kebetulan memang sudah kami bawa sejak kehamilan minggu ke 37. Agak lucu saja, karena awalnya pada birthplan saya berencana baru akan ke RS ketika sudah memasuki pembukaan 4 sedangkan prakteknya saya sudah masuk ruanganVK bahkan sebelum adanya pembukaan, memang tetap harus memilih keputusan yang terbaik ya Mom-to-be dalam prosesnya demi keselamatan Mom-to-be dan Little Kid.

Anyway, saya hanya ditemani oleh suami tercinta dalam proses persalinan ini. Selain karena tidak membuat keluarga panik (Ayah dan Ibu dari kedua belah pihak), saya dan suami memang sudah berencana untuk menjalani dan menikmati setiap proses persalinan hanya berdua agar bonding di antara kami semakin terjalin. Keputusan ini kami ambil agar segala keputusan yang akan dibuat selama proses persalinan murni keinginan kami sendiri tanpa intervensi dari keluarga. Hal ini terbukti kami menjadi sangat kompak dan benar benar menikmati setiap momen yang terjadi.

Induksi obat melalui vagina pertama diberikan 20 Desember 2017 pukul 20.00, akan dilakukan pengecekan kembali pada 21 Desember 2017 pukul 02.00.  Pemeriksaan dalam dan CTG dilakukan setiap 2 jam sekali. Ketika dilakukan CTG pertama kali, sudah bisa dilihat ritme kontraksi sudah teratur walaupun saya tidak merasa mules sama sekali. Namun, sedikit berbeda pada CTG kedua dan ketiga karena walaupun ritme kontraksi saya sudah bagus namun jantung Little Kid selalu melemah setiap terjadi kontraksi, padahal seharusnya yang terjadi adalah sebaliknya, ketika kontraksi ada pada puncaknya denyut jantung Little Kid seharusnya juga ikut tinggi. Indikasi yang terjadi adalah Litlle Kid tidak mendapat asupan oksigen yang bagus dari saya, sehingga saya harus dibantu selang oksigen agar denyut jantung Litlle Kid membaik.

21 Desember 2017
Pada pukul 02.00 dimana dilakukan observasi kembali, detak jantung Little Kid belum sesuai yang diinginkan, masih melemah setiap kali terjadi puncak kontraksi, hal ini berakibat obat induksi tidak diberikan terlebh dahulu. Pada Malam menjelang tanggal 21 Desember, saya masih bisa tidur dengan lelap dan makan dengan lahap, karena kontraksi yang datang masih sangat bersahabat. Saran saya tidurlah dan makanlah sebanyak yang Mom-to-be bisa sebelum persalinan ya, hitung- hitung mengumpulkan tenaga.

Pagi hingga siang hari saya tidak mau hanya berdiam diri saja. Setelah mandi dan bersih – bersih saya selalu menghabiskan waktu dengan berjalan – jalan di koridor ruang VK, jaraknya mungkin hanya sekitar 16 meter, saya lakukan terus bolak balik, tenang perawat di RS sudah maklum kok kalau ada pasien yang berjalan bolak balik untuk mepercepat bukaan. Saya juga bermain Gym Ball, melakukan teknik ribozo dan Shake the apple tree agar posisi bayi dapat optimal menjelang persalinan dengan bantuan suami setiap ada waktu. Oh iya saya juga makan kurma yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Harapannya waktu persalinan dapat cepat tiba.

And here we go another drama came. Pukul 13.30 sewaktu buang air kecil ada flek yang keluar, saya yakin itu adalah muscus plug dimana tak lain adalah tanda dari proses persalinan dimulai. Senang sih akhirnya muscus plug yang saya tunggu– tunggu keluar juga, setelah dicekmemang ternyata sudah bukaan 1. Sekitar pukul 15.00 saya memutuskan untuk mandi dan bersih –bersih selagi saya bisa, benar saja setelah saya mandi sore terasa ada cairan keluar dan tidak dapat saya tahan. Saya yakin itu adalah air ketuban dan segera meminta perawat untuk memastikannya. Memastikan air ketuban atau bukan adalah dengan menggunakan kertas lakmus yang berwarna merah, apabila kertas berubah menjadi biru maka dapat dipastikan bahwa itu adalah air ketuban. Cara ini dapat dilakukan di rumah ketika tiba – tiba ada cairan bening yang keluar ya Mom-to-be, maka tidak ada salahnya membeli kertas lakmus di apotek untuk berjaga-jaga.

Setelah dipastikan cairan yang keluar adalah air ketuban, perawat menyatakan bahwa air ketuban saya mulai rembers, tapi ketuban saya masih utuh. Hal ini dimungkinkan karena ternyata saya sudah bukaan 3. Rembersnya air ketuban ini membuat saya tidak diperkenankan untuk turun dari tempat tidur termasuk untuk ke toilet. Yaudah deh udah ga ada lagi adegan jalan-jalan di lorong ruang VK, main gym ball atau gerakan optimalisasi posisi Little Kid.

Sekitar pukul 16.00 dokter kandungan saya datang untuk berdiskusi dengan saya dan suami. Kondisi air ketuban yan sudah mulai rembers (rembers bukan pecah ya Mom-to-be) membuat saya harus melakukan persalinan maksimal 18 jam setelah air ketuban mulai rembers, which is itu adalah tanggal 22 Desember pukul 12.00, karena ditakutkan semakin menipisnya air ketuban akan membahayakan Little Kid. Kemudian dokter menyarankan untuk dilakukan induksi dengan kadar yang lebih tinggi dengan bantuan infus, karena apabila tidak dibantu induksi dan Little Kid tidak kunjung keluar padahal sudah 18 jam maka proses persalinan harus dirubah ke Caesar. Saya dan suami pun memutuskan untuk menggunakan bantuan induksi melalui infus untuk membantu pembukaan dan datangnya persalinan.

Induksi dengan infus dipasang pukul 18.00, tidak lama sekitar pukul 19.00 gelombang cinta atau kontraksi sudah mulai berdatangan. Kontraksi datang setiap 2 – 1 menit. Luar biasa rasanya, tapi saya yakin sakit yang saya rasakan pastilah sakit yang bisa ditahan oleh tubuh. Ketika sudah mulai kontraksi saya sudah tidak napsu makan dan minum bahkan saya sempat muntah sekitar pukul 20.00, saran saya apabila memutuskan untuk induksi Mom-to-be makan terlebih dahulu ya.

22 Desember 2017

01.00 kontraksi tidak pernah berhenti selalu datang setiap menit, mungkin ini mengapa banyak Mom-to-be yang menghindari induksi. Saya tau bahwa akan ada masa – masa menyerah dalam proses persalinan. Saya pun mengalaminya, mendadak rasanya sudah tidak kuat lagi, merasa lemah dan ingin menyerah. Perawat pun datang untuk memeriksa kemajuan bukaan, sudah bukaan 6 rupanya. Saya pun memohon untuk dihentikan dulu kontraksinya karena saya tidak dapat istirahat sama sekali, namun langsung ditolak oleh suster karena akan memperlambat proses persalinan yang sudah dikejar waktu. Saya pun meminta pemberian ILA (pemberian bius dengan menyuntik sumsum tulang belakang agar kontraksi tidak terasa, hanya dapat dilakukan apabila sudah bukaan 6) hingga persalinan Caesar. Namun untung suami saya sudah tahu akan momen ini sehingga ia tetap menyemangati dan mengingatkan saya bahwa saya kuat dan mampu melanjutkan persalinan secara normal. Sebelumnya saya memang sudah janjian dengan suami, apabila saya meminta permintaan yang aneh-aneh tolong jangan diiyakan. Dan benar saja saya benar-benar mau menyerah rasanya, tapi katanya sih kalo sudah mau menyerah itulah tanda persalinan semakin dekat, lucu ya.

Dokter tidak mengijinkan untuk menghentikan induksi, tapi saya diperbolehkan menurunkan dosis  induksi agar saya bisa sedikit istirahat. Namun nyatanya kontraksi tetap datang setiap menit, yang bisa saya lakukan hanya merilekskan diri saya dengan mencoba tidur, mematikan lampu kamar dan terus melakukan pernapasan perut.

05.00, rasanya seperti ingin buang air besar, bawaanya ingin mengejan. Ini adalah tanda bahwa pembukaan sudah semakin bertambah dan kepala Little Kid sudah semakin dekat. Saya pun meminta perawat untuk periksa dalam, dan benar saja sudah bukaan 8. Senang sekali rasanya mendengar bukaan terus bertambah bahkan mendekati lengkap. Perawat pun mulai menghubungi dokter kandungan saya dan dokter anak kemudia menyiapkan peralatan.

06.00 drama belum berakhir saudara-saudara. Pembukaan 9, perawat mengingatkan cara mengejan dan mencoba mengejan dengan benar, dokter kandungan sudah datang. Senang bukan kepalang ketika sudah diperbolehkan mengejan, namun tiba-tiba dokter mengatakan pembukaan saya belum sempurna baru 9,5. Melongo rasanya mendengar bukaan bisa ada 9,5 hahaha.
Dokter pun membantu bukaan secara manual dengan bantuan tangan dan saya pun akhirnya benar-benar diperbolehkan mengejan.

Sebelumnya saya sempat baca sharing dari beberapa teman yang sudah duluan melahirkan. Katanya ada yang babynya sukses keluar setelah mengejan 3 atau 5 kali. Saya pun mulai berhitung sejak awal mulai mengejan. 3 Kali mengejan Little Kid belum juga keluar, 5 kali mengejan belum juga keluar. Saya mulai panik dan bertanya kepada dokter. Katanya Little Kid masih jauh jadi saya masih harus mengejan. Sudah 10 kali mengejan Little Kid tak kunjung mendekat, dokter pun memutuskan untuk break terlebih dahulu melihat kondisi saya yang sudah mulai kelelahkan. Jangan salah, namanya saja yang break, tapi tidak santai sama sekali. Ternyata menahan mengejan juga jadi PR tersendiri wahai Mom-to-be. Ada kurang lebih 15 menit untuk break melihat Little Kid yang masih jauh.

Waktu break selesai saya kembali diperbolehkan mengejan, Setiap kali selesai mengejan selalu dicek detak jantung Little Kid. Tiba-tiba detak jantung Little Kid melemah, dokter pun panik. Saya diberitahu  apabila 2 kali mengejan detak jantung Little Kid masih melemah, terpaksa harus convert  Caesar karena ditakutkan lilitan tali pusar yang ada mengakibatkan Little Kid kesulitan bernafas. Deg-degan rasanya, saya dan suami pun berdoa agar Little Kid tetap kuat untuk berjuang. Saya sudah berserah diri terserah Little Kid ingin keluar dengan cara apapun yang ia mau, yang penting sehat dan selamat. Ajaibnya 2 kali mengejan detak jantung Little Kid mulai membaik sehingga dapat dilanjutkan persalinan normal.

07.15. Saya terus mengejan dengan bantuan dokter dan perawat yang saking banyaknya saya sudah tidak tahu lagi ada berapa jumlahnya. Saya sudah mengejan selama 1 jam dan dokter pun memberi tahu bahwa toleransi mengejan pada persalinan normal adalah 1 jam, ditakutkan baik ibu maupun baby sudah kelelahan dan ada hal – hal yang tidak diinginkan terjadi. Dokter pun menyarankan untuk dibantu dengan proses vakum. Setelah bertanya efek negatif dari vakum dan meyakinkan diri maka kami putuskan untuk dibantu dengan proses vakum. Jangan dibayangkan semua diskusi keputusan berjalan tenang bak berbincang-bincang arisan ya Mom-to-be , semua kondisi dan kemungkinan diinfokan secara cepat dan semua keputusan pun dibuat secara cepat dan kami harapkan tepat.

Proses vakum dimulai, alat sudah siap. Tenang saja Mom-to-be tidak terasa sakit sama sekali, mungkin karena sakitnya sudah kalah juga dengan sakitnya kontraksi. Saya masih membutuhkan 4 kali mengejan hingga akhirnya Puji Tuhan Little Kid keluar. Sedikit panik karena ketika lahir Little Kid tidak langsung menangis, hal ini kemungkinan karena Little Kid sudah kelelahan juga dalam proses persalinan. Segera dilakukan pemotongan tali pusar oleh dokter (Sebenarnya saya sudah request agar tali pusar dipotong oleh ayahnya sendiri, namun karena Little Kid sudah kelelahan maka segera dilakukan pemotonga tali pusar oleh dokter). Tali pusar sudah dipotong tapi Little Kid masih belum menangis. Little Kid baru menangis ketika semua cairan sudah selesai disedot. Kemudian segeralah saya diberi waktu untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Little Kid diletakkan di tengah dada saya agar hangat, selagi dokter mengeluarkan plasenta dan menjahit. Oh iya dilakukan pengguntingan pada bagian bawah karena terlalu sempitnya jalan lahir, sebelum dilakukan segala tindakan dokter pasti menginfokan kepada suami dan meminta persetujuan.

Lega sekali rasanya Little Kid sudah keluar dengan sehat dan selamat, sakitnya jahitan sudah tidak ada rasanya lagi dan perut saya pun langsung kempes. Setelah proses IMD selesai Little Kid dimasukkan ke dalam incubator untuk penyesuaian suhu dan badan saya mulai dibersihkan. Oh iya apabila ingin membawa pulang plasenta jangan lupa untuk menginfokan terlebih dahulu kepada perawat ya, karena apabila tidak ada info makan prosedur dari RS plasenta akan dihilangkan. Perawat langsung memasang pembalut nifas dan saya sudah diperbolehkan memakai gurita untuk perut.

Selain lega rasanya juga ngantuk bukan main, maklum saja saya tidak sempat tidur sama sekali semalaman, saya pun meminta waktu kepada perawat untuk beristirahat selagi ruang perawatan disiapkan. Walaupun sudah dapat berdiri dan berjalan setelah persalinan tapi saya dibantu dengan kursi roda ketika pindah ke ruang perawatan. Jahitan tidak ada masala, hanya saya ditakutkan setelah persalinan masih pusing atau lemas mengingat lamanyaproses persalinan yang saya lalui.

Bersyukur luar biasa akhirnya bisa mengantarkan Little Kid yang dengan bangga kami beri nama Achilles Kenneth Sankhara menyapa dunia dengan sehat dan selamat. Secara pribadi saya bangga pada diri saya karena walaupun ada kondisi lilitan tali pusar, kepala oblig dan hujanan kejutan selama proses persalinan saya masih bisa melakukan gentle birth secara vaginal. Jadi wahai Mom-to-be jangan menyerah ya untuk melakukan persalinan normal, rasa sakit memang ada namun yakinlah bahwa rasa ssakit itu masih dalam kapasitas sakit yang mampu ditahan oleh badan kita, saya saja bisa pasti Mom-to-be bisa, namun ingat tetap dengarkan setiap kondisi yang terjadi ya.

Welcome to Earth Dear Baby Ken, we love you!













Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer